Taken from my journal. Wednesday, January 13, 2010 at 11:34pm
Sebuah headphone melekat ditelingaku,
“…dan bila mentari esok kan bersinar lagi, kuingin candamu. Warnai hariku. Dan
bila kau tiada hadir temaniku, tak terbayangkan setengah mati kehilanganmu”.
Manja. Aku masih menyukai lagu itu. Dan hingga detik ini, saat aku lebih
memilih untuk mengunci bibirku rapat-rapat, hanya dengan mendengarnya saja
sudah membuat mataku tergenang. Basah.
Sebuah kotak. Tertulis kata ‘puzzle’
disampulnya. Aku tidak tahu gambar apa yang akan terbentuk dari tiap kepingnya
nanti. Satu demi satu kepingan itu kususun. Aku begitu menikmati tiap luapan
emosi yang tercipta saat satu demi satu kepingan itu digabungkan. Tiap keping
memiliki ceritanya sendiri. Dan cerita itu akan selamanya melekat disana
bersama luapan emosi kala kepingan itu mulai diletakan. Aku bisa melihat secara
garis besar gambar apa yang tersusun dari kepingan-kepingan itu (akhirnya). Aku
melipat kedua tanganku, merapatkannya ke dada, sedang mata menjama bidang
susunan puzzle.
Lalu…
Aku merasa…
“hampa”, sesudahnya.
Aku merasa belum utuh.
Terasa seperti ada yang kurang.
Mungkin ada sekeping gambar yang lupa
kuletakkan, namun entah dimana.
Aku tak dapat menemukannya.
Kini aku hanya merasa,
“hampir”.
----------------------------------------------------------------------------------------------
*hidup itu seperti puzzle. Satuan waktu
dan peristiwa-peristiwa didalamnyalah yang akan membentuk akhir cerita hidupmu
kelak..
haHHhhhhhhhhh….
“aku masih merasa
……………………………………………belum utuh!”
No comments:
Post a Comment