ABOUT

ABOUT

Saturday, June 2, 2012

JADI MALAM itu ternyata "P-E-R-I-H"!


Lil' story: "Putry Bulan dan Sang Raja"


“Engkau masih secantik kali pertama aku melihatmu”, ucap pria itu, mengecup kening sang putri, lembut.
“Ah..akhirnya kau datang. Aku telah menunggumu,” sang putri segera memeluk pria itu begitu melihat wajah yang baru saja membangunkannya dari tidur.

Entah sejak kapan tertidur mulai menjadi kebiasaan kedua selain tentu saja, kebiasaan utamanya. Menunggu. Begitulah, sejak ia kembali memijakan kakinya dinegeri pria yang mencintai cita rasa anggur tersebut, hanya itu saja yang ia lakukan, menunggu dan tertidur–karena terlalu lelah menunggu. Seperti hari ini, lagi-lagi pria itu membuatnya menunggu lebih lama hingga sempat hilang sadarnya dihanyut mimpi kala pria itu tiba.

Jauh sebelum hari ini, saat pria itu masih terlalu muda untuk menerima tahta di mahkotanya, ia sering kali mengunjungi langit hanya untuk mencuri pandang pada sang putri. Matanya selalu dibuat berbinar tiap kali pesona sang putri menyirami pandangnya. Pesona sang putri bulan memang terlalu menyilaukan, hingga sanggup menghanyutkan jutaan mata yang enggan berkedip saat melihatnya. Jutaan mata yang rela menahan lelah hanya untuk menghujaninya pujian berbungkus takjub, tanpa terkecuali pria itu, sang pangeran.

Dalam kagum, sang pangeran muda terjatuh dalam rasa yang sulit terjemah kata. Cinta. Sang pangeran muda tersebut diam-diam menaruh hati pada sang putri bulan. Jauh didasar hatinya, sang pangeran muda ingin sekali menjadikan sang putri bulan miliknya. Tapi, ia sudah terlanjur mendudukan sang putri bulan pada tingkat puja tertinggi hingga keberaniannya sudah lebih dulu luntur sebelum ia sempat mengutarakan maksudnya. Ia pun undur, kembali ke barisan, menyatu bersama jutaan mata pengagum yang membuatnya kian terlihat seragam.

Sang pangeran muda itu membiarkan hasrat cintanya musnah dalam angan yang ia simpan untuk dirinya sendiri, hingga ia pun sampai pada pemikiran, “Ah..asalkan aku masih bisa melihatnya, itu sudah cukup. Setidaknya aku masih bisa memilikinya melalui kedua mataku”. Begitulah cara ia mengobati ketidakberdayaannya mendapatkan sang putri bulan. Pun masih harus menerima pahit, karena nyatanya sang putri secara tiba-tiba menghilang dari pandangnya. Ia lalu mengubur sisa-sisa perasaannya itu sambil perlahan membiasakan diri akan lupa.

Sesuatu yang tidak terlihat mata, bukan berarti tidak ada. Sang pangeran mungkin memang tidak mampu menemukan sang putri bulan dalam pandangnya, tapi bukan berarti sang putri itu benar-benar tidak ada. Ia tetap ada, hanya saja dibagian dunia yang lain. Sang pangeran hanya cukup meluangkan waktu dari kesibukan menata hatinya, untuk merasakan keberadaan sang putri bulan. Dengan begitu ia akan tahu bahwa rotasi akan mempertemukannya kembali, kelak.

Rotasi ternyata telah memainkan peranannya dengan begitu baik. Sang pangeran muda yang telah tumbuh begitu dewasa dan dianugerahi sebutan baru oleh rakyatnya, ‘Sang Raja’, kini telah dipertemukan kembali dengan sang putri bulan.

“Aku rindu”, lirih sang putri bulan.
Pria itu membelai wajah sang putri. Senyum. Ia tarik tubuh wanita itu dalam peluknya, merapatkan  wajah sang putri dengan suara debaran dijantungnya.
“Maafkan aku yah Sayang, sudah membuatmu menungguku. Lain kali aku akan menemuimu lebih awal.”

“Bagaimana harimu kali ini?”, tanya sang putri masih hanyut dalam peluk pria itu. Terbayar sudah rasanya ratusan menit jemu yang harus ia lewati dalam penantian temu yang ‘sangat’ ia benci, menunggu.
“Hari ini aku begitu lelah! Penat! Tapi, menyenangkan!”
“Sungguhkah? Apa yang mampu membuatmu begitu senang?”, sang putri mengalungkan tangannya pada tubuh sang raja, membuatnya semakin terjerumus dalam pelukan sang raja. Rasanya begitu damai. Senyum yang mengembang di wajahnya kian merekah.
“Setelah menuntaskan semua jadwal ketatanegaraan dan terbebas dari semua tetek bengek kepenatan itu, seperti biasanya aku menemui istriku…….

“Hah…iya! Ini bukan kali pertama aku mendengar subjek penegasan yang membuatku semakin sadar dimana posisiku”, batin sang putri pedih.

 ….dan menghabiskan waktu bersamanya. Kami membahas semua hal menyenangkan dan ia membagiku limpahan canda”, jelas pria itu menggebu.
“Sungguh? Lalu kenapa kau masih disini? Bukankah seharusnya kau temani istrimu?”, sang putri mencoba untuk terlihat netral dan terdengar normal, tapi tetap, ternyata hati begitu naif tak mampu sembunyikan pedih menyayat hati.
“Seharian ini aku sudah menghabiskan waktu dengannya, bahkan sebelum aku datang padamu, aku baru saja menemuinya. Saat ini dia sudah terlelap dan aku terlalu rindu padamu! Temani aku hingga aku tertidur.”

Entah kenapa setelah mendengar pengakuan sang raja, hati rasanya seperti diiris, disayat, dicabik, ditusuk. Bukan! Harusnya ada kata yang lebih tajam untuk menyuarakan rasa pedih dalam hati. Rasanya benar-benar jauh lebih dalam dari itu. Perih. Lidah menjadi terlalu kelu hingga sekejap rasanya kata-kata menjadi begitu beku untuk diucap. Tangis mendadak begitu cair hingga dengan mudahnya berlomba-lomba turun dari mata. Sang putri yang saat itu berjuang meredam gemuruh dihatinya menjadi lebih banyak diam.

“Kamu baik-baik saja, Sayang?”
“Hmmn..”, sungguh, andai saja ia mampu, ia ingin menyuguhkan jawaban yang lebih meyakinkan untuk membuatnya terlihat ia baik-baik saja, selain bergumam. Namun, semuanya seperti tertahan diujung lidah. Sang putri bulan menenggelamkan wajahnya dalam-dalam, tak ingin sang raja melihat wajah rapuhnya.

“Kamu baik-baik saja, Sayang?”
“Tidak..”, batin sang putri bulan lirih.

---------------------------------------------------------------------------


Seperti biasa, kali ini pun kau berlari padaku. Kemarilah! Aku masih setia membentangkan rindu untukmu. Akan kubuat malammu menyala, saat wanitamu terlalu lelah untuk menjamu dahaga sepi dihatimu. Aaaa…ini perih! Well, It’s okay..I’m fine :)


Kau masih akan mendengar kalimat yang sama saat hatiku hancur tercabik. ‘Aku baik-baik saja’. Lalu bagaimana kabar wanitamu? Apakah hari ini menyenangkan untuk kalian? Oh..tunggu! Tahan jawabanmu! Biarkan aku merobek kulitku, mencabut jantungku dan melemparnya jauh-jauh terlebih dulu :)



1 comment:

  1. hahaha ini tentang orang ketiga y! keren ngambil angle ceritanya! bahasanya ga norak! menarik!

    ReplyDelete