ABOUT

ABOUT

Sunday, October 31, 2010

Menyikapi teguran sebagai wujud atensi

Taken from my journal. Monday, May 3, 2010 at 1:11pm

Tanpa bermaksud menggurui (no offense), cm skedar sharing ajah:




Terkadang saat kita dihadapkan pada suatu situasi, sering kali kita merespon hal tersebut tanpa berpikir panjang dan kita terlalu menggebu untuk menanggapinya. Kita mungkin tidak ada niat untuk mengemas komentar yang sudah terlanjur ter-publish dengan makna negatif. Kurangnya kemampuan untuk menjabarkan apa yang ada dibenak kita dengan benar, membuat kita sering kali salah dalam memilih kata-kata yang tepat untuk mewakili buah pikir kita, hal ini-lah yang sering kali membuat orang lain yang melihatnya terlanjur melekatkan presepsi yang menyimpang jauh dari maksud kita yang sebenarnya. Merujuk pada sebuah quote: ‘Words are made of silver, but silence is made of gold’, membuat kita meyakini benar bahwa ‘diam adalah pilihan yang terbaik’.

Namun jika kita mau belajar dari dua sisi mata koin, kita akan melihat sisi terang dari setiap kesalahan yang kita lakukan. Disinilah kita mulai meyakini keberadaan sebuah ‘hikmah’.

Saya telah mengeluarkan sebuah statement yang berujung pada sebuah kontra, hingga saya mengantongi sebuah teguran sarkastis dari orang yang cukup berpengaruh bagi saya. Anehnya, saya melihat hal tersebut sebagai sebuah respon positif meskipun penggunaan kata yang ia pilih kurang bersahabat ditelinga saya. Karena saya meyakini bahwa ‘teguran’ merupakan salah satu bentuk ‘atensi’.

Saya pun menyimpulkan:
“Melakukan kesalahan, kemudian mendapatkan teguran itu masih jauh lebih baik daripada diacuhkan saat melakukan hal benar”.

Bukan berarti saya menyalahkan orang-orang yang bertindak benar atau membenarkan orang-orang yang bertindak salah. Bukan, bukan sama sekali. Yang ingin saya sampaikan disini adalah saat kita melakukan sebuah kesalahan, kita akan mendapatkan respon atas tindakan kita tersebut. Dalam hal ini saya hanya mengetahui dua respon, acuh dan teguran. Dan meskipun teguran yang kita dapat tidak selalu terdengar nyaman ditelinga atau yang lebih buruk, terdengar sinis, tetapi harusnya kita dapat meresapi hal tersebut sebagai cambuk untuk menetaskan pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya dengan adanya teguran, secara tidak sadar orang tersebut sudah memberikan atensinya pada saya dan mengarahkan saya kepada hal yang positif. Itu jauh lebih baik daripada orang yang diam dan tetap membiarkan saya berjalan di jalur yang salah.
-----

berterimakasihlah pada orang-orang yang sudah menegur anda,karena itu adalah salah satu bentuk atensi  :)


No comments:

Post a Comment