ABOUT

ABOUT

Monday, June 4, 2012

The (Deadly) “I” (read: ay) Cycle



DON’T 
START say ‘Hi’
or you’ll
probably ‘Die’

(when I write this, I was listening ‘diantara kalian’ from d’masiv)


Tak Kenal Maka Tak Sayang

Mungkin kita pernah denger pepatah jaman purba yang ke-eskis-annya masih berasa banget sampai sekarang yang well..bisa diprediksi (dengan ke-sok-tau-an tingkat dewa gue) masih akan everlasting diturunin sampai ke generasi berikutnya, “tak kenal maka tak sayang” (damn! Bahkan sampai gue setua ini, masih aja have no idea siapa pencetusnya). Yep! Sadar atau nggak, that’s true!! Dan akan kian nyata saat kita mengalaminya sendiri.

Adalah kemajuan teknologi yang menjadi pelumas proses realisasi pepatah legend tersebut. Menjadi akar merebaknya jejaring sosial yang menarik (well..yang terjadi kebanyakan sih, kita sendiri yang dengan suka rela nyemplungin diri ke lubang itu hahaha) kita dalam pusaran the ‘I’ cycle.  

Berangkat dari istilah yang sudah disebutkan sebelumnya dan perihal yang gue alami beberapa hari belakangan ini (well, it’s been for a long time a go, with different person, different story, Cuma baru sadar tentang  the ‘I’ cycle  itu sendiri), kali ini gue mau membahas tentang the ‘I’ (read: ay) cycle. Kenapa gue bilang  ‘I’ cycle ?? 

Karena proses yang terbentuk didalamnya ngelibatin empat tahap yaitu : “Hi – High – Why – Die”.

Here’s the formula:
*Berawal dari say ‘Hi’ >> one of them or both get high >> there’s gonna be more why >> and end up with ‘die’ (if you’re not lucky enough)*

Okay, mari kita jabarkan formula (masih dengan ke-sok-tau-an tingkat dewa gue) dari  the ‘I’ cycle :



TAHAP 1 – Hi
Pada tahap ini, dua orang yang berlainan jenis saling berkenalan. Meskipun nggak selalu didahului dengan sapaan ‘Hi’, tapi intinya adalah pada saat seseorang (dalam hal ini kita belum pernah mengenal orang tersebut atau mungkin kenal tapi masih cukup asing) menyapa atau membuka obrolan dan kita memberi feedback, maka pada point tersebut komunikasi dua arah ‘mulai’ terjalin. Artinya adalah secara tidak langsung kita sudah membuka celah.
Hal ini seperti, saat ada seseorang yang mengetuk rumah kita dan kita membukakan pintu untuknya. Dalam hal ini rumah kita tersebut dapat diibaratkan sebagai kehidupan kita.

TAHAP 2 – High  
Saat kita membukakan pintu untuk orang yang baru kita kenal atau mungkin sudah kita kenal tapi masih cukup asing tersebut, maka saat komunikasi dua arah itu berjalan cukup baik (terlebih lagi terjalin sangat baik), celah yang sudah menganga itu akan kian lebar. Cukup lebar untuk membiarkan orang tersebut melewati batas pintu, masuk ke dalam rumah walau hanya untuk duduk dikursi tamu (karena well…dia masih cukup asing).
Jika kita sudah membiarkan orang itu masuk ke dalam rumah (lagi-lagi gue ingetin, rumah disini diibaratkan sebagai kehidupan kita), yang terjadi selanjutnya adalah kita akan mulai hanyut dalam the ‘I’ cycle . Hanyut karena sebenarnya, pada titik inilah diam-diam awareness kita mulai lumpuh untuk menyadari bahaya kemungkinan yang bisa mencederai kita di end stage. Kenapa?
Karena pada tahap ini, biasanya kita akan mulai mencari-cari kecocokan dalam aspek yang bisa dikatakan cukup luas. Dan saat kita menemukan cukup banyak kecocokan yang bahkan diatas standar yang kita tetapkan sebelumnya, maka pada point itu akan mulai timbul ‘rasa’ (biasanya kita masih belum sadar kalau rasa itu sudah mulai tumbuh atau mungkin kita sadar hanya saja kita masih belum yakin dan lebih suka membantah rasa tersebut).
Nah, kalau sudah begitu, maka yang terjadi selanjutnya adalah ‘flirting’. Kita mulai mengagumi, merasakan rindu, atau semacamnya, bahkan tak jarang kita mengungkapnya. Itu kenapa gue sebut tahap ini adalah High. Karena memang pada tahap ini, kita seperti terbuai dan dibuat high akan perasaan-perasaan baru yang tercipta alamiah tersebut. Dan itu wajar!

TAHAP 3 – Why
Sama seperti hal-nya narkoba atau semacamnya (itu juga kenapa gue nyebut tahap kedua itu ‘High’), apa-apa saja yang terjadi pada tahap kedua itu benar-benar cukup memabukan dan itu bisa menjadi ‘DEADLY’ banget! Terutama saat kita naik ke next level! Yep! Tahap ke 3 - Why!!
Why??? (bahkan sekarang gue gunain kata itu) Sama seperti fungsi harfiahnya, biasanya kata ‘why’ digunain untuk mengekspresikan keingintahuan seseorang akan suatu hal. Dan biasanya keingintahuan itu mengharapkan jawaban. Dan terkadang kita bisa dibuat super penasaran kalau kita belum juga mendapatkan jawaban. Rasanya bisa menyerupai pengguna narkoba yang lagi sakau dan butuh obat! So this is it..
Saat kita melewati fase high, kebutuhan pemenuhan keingintahuan kita akan orang tersebut akan kian terasa. Ibaratnya, dia itu udah jadi ‘drug’ buat kita dan parahnya kita udah mulai ketergantungan. Tanpa disadari akan mulai timbul pertanyaan-pertanyaan tentang dia dan ini seperti we keep asking why and it never stop! Consuming!!
Kita selalu mau tau tentang dia (dia sedang apa, kabarnya gimana, siapa mantannya, masa lalunya dan lain sebagainya) dan keingintahuan kita itu sudah bukan lagi sekedar basa-basi formal, tapi karena kita memang sengaja, ingin sekali tahu, dan bahkan benar-benar mencari tahu . Pada point ini, rasa peduli tumbuh. Dan itu menandakan kalau orang tersebut tidak lagi hanya sekedar chit-chat kecil ketawa jaim (jaga image) di ruang tamu. Kepedulian yang kita tumbuhkan untuk orang tersebut telah membiarkannya masuk ke rumah kita terlalu dalam.
Saat semua itu terjadi, maka diam-diam kita sudah sampai pada pertanyaan: Why I let you in that far?? Into my home (read: life, or maybe…heart) dan kita wondering why!

*)Catatan: pada tahap WHY ini, kenapa gue sempat bilang deadly, karena pada saat proses pencarian, nggak selamanya kita menemukan hal-hal manis. kadang jawaban atas keingintahuan kita itu cukup mampu mengayun-ayunkan emosi. Contoh mudahnya adalah saat kita mengetahui kalau ternyata orang itu sudah punya kekasih atau semacamnya. Nah, kalau sudah seperti itu, siap-siap nge-batin. Hahaha...

 TAHAP 4 – Die
Then here we are!! Last part!! Bagian yang bisa jadi Painful!
Saat kita melewati tiga tahap sebelumnya ‘Hi-High-Why’, maka sampailah kita pada ‘Die’. Ini adalah tahap dimana kita mulai sadar benar apa yang kita rasakan untuk orang tersebut. Yep! Bukan lagi pertanyaan ‘could it be love?’, tapi you already found the answer ‘yes I’m in love’. Well, nggak melulu semuanya berakhir sad ending, tapi kita juga perlu ingat kalau nggak selamanya dua manusia, dua kepala, dua hati itu memiliki perasaan yang sama. Mungkin feel kita untuk orang tersebut besar, tapi orang itu?? Belum tentu! Hahaha..Nah, kalau sudah begitu, siap-siap ajah pupus. Hehehe..


Tips :
Pesen gue sih supaya menghindari fase “Die” itu cuma dua:

  1. Nurut sama orangtua biar nggak kualat!
Ini klasik banget! Dulu waktu kita kecil biasanya bokap atau nyokap kita (nyokap bokap gue sih..hahaha) sering wanti-wanti (wejangin atau ngasih peringatan): “kalo ada orang yang nggak dikenal jangan dibiarin masuk rumah!”. Nah, sama! Intinya, jangan mulai kalau nggak mau kena bahaya. Tapi itu juga berarti kita bisa kehilangan kesempatan ngedapetin keuntungan yang mungkin aja (sebenernya) emang rejeki kita. Well, high risk high return, dear!! You choose!!  

  1. Jadi orang JAHAT itu perlu!
Suudzon (berprasangka buruk) itu emang nggak boleh sama agama (islam terutama) tapi waspada itu perlu (yang bahkan gue masih nyaru perbedaan antara suudzon dan waspada. Curiga kata waspada cuma perbenaran dari suudzon yang diperhalus! Hahaha). Nah kalau kita masih ngotot mau ngambil resiko (well..karena masih banyak orang yang percaya ‘nothing to lose’), well..gue Cuma bisa nyaranin hal tadi!! Tingkatin kewaspadaan untuk meminimalisir resiko yang akan terjadi di kemudian, caranya adalah dengan mengidentifikasi motif seseorang berkata ‘Hi’ pada kita, apakah itu untuk menjalin hubungan yang serius atau dia hanya mau memperluas jaring pertemanan atau yang terburuk jaring HTS-an (dan motif-motif lainnya). Nah kalau udah diketahui motifnya, hal yang perlu dilakukan adalah jadi orang jahat!! (JAHAT = JA-ga HAT-i) which means 'more self+heart control'. Jangan sampai kita berakhir di fase ‘Die’.




Okay, more or less seperti itulah  the ‘I’ cycle  yang gue dapet dengan pemikiran ke-sok-tau-an tingkat dewa gue, yang well..gue yakinin ada benernya (karena baru aja merasakannya..hiks). Thanks for reading dan selamat datang (mungkin menyadari sudah berada) di ‘I’ cycle  :D

----
*) note: hati-hati dengan jejaring sosial,  the ‘I’ cycle  tumbuh subur disitu..!! LOL


 ----adr. Jakarta, 02:56am ; awake - wondering of you! I'm in...the I-cycle.



No comments:

Post a Comment